Sabtu, 28 Februari 2015

HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN


HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN
A.      PENDAHULUAN
Pendidikan  merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja atas input untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan . Sebagai sebuah proses maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya untuk melihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik . Perubahan tingkah laku yang terjadi itu dibandingkan dengan perubahanan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu,  instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak kepada tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai  dengan keluasan dan kedalaman  materi pelajaran yang diberikan. Hasil evaluasi harus dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh  betul-betul akurat mencerminkan keadaan siswa secara objektif. Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan program selanjutnya. 
Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata untuk menentukan rating siswa melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau alat pendidikan  evaluasi pembelajaran harus dikembangakan secara terencana dan terintegratif dalam program pembelajaran, dilakukan secara kontinue, mengandung unsur paedagogis, dan dapat lebih mendorong siswa aktif belajar.
B.     PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa. Ada dua aspek penting dari definisi diatas. Pertama, evaluasi menunjukan pada proses yang sistematik. Kedua, evaluasi mengasumsikan bahwa tujuan instruksional ditentukan terlebih dahulu sebelum proses belajar mengajar berlangsung.
 Selain itu, evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Ralph Tyler ( dalam Suharsimi Arikunto, 2012) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana , dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.
  Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka  terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian terdapat hubungan yang erat yang tidak dapat dipisahkan. Norman E. Gronlund (1976: 6) melukiskan hubungan ketiganya sebagai berikut:
1.     Evaluasi adalah deskripsi kuantitatif siswa (measurement, pengukuran) yang ditetapkan     dengan penentuan nilai.
2.     Evaluasi adalah deskripsi kualitatis siswa (judjement, pertimbangan, penilaian) yang ditetapkan dengan penentuan nilai.
                 Wand and Brown (dalam Zainal Arifin, 1991). Hopkins dan Antes (1990) mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (atribute) tentang suatu objek, orang atau peristiwa”. Dengan demikian, evaluasi dan penilaian berkenaan dengan kualitas daripada sesuatu, sedangkan pengukuran berkenaan dengan kuantitas (yang menunjukkan angka-angka) daripada sesuatu. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat ukur yang standar, baik dalam tes maupun nontes.
Dengan demikian, evaluasi dapat ditentukan dengan melalui pengukuran dan bisa pula tanpa melalui pengukuran

C.      KEDUDUKAN, FUNGSI, EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
a.      Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pembelajaran
Tiga komponen utama yang menentukan terselenggaranya proses pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Ketiga komponen tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dan memiliki hubungan timbal balik dalam mendukung terselenggaranya proses pembelajaran sehingga dapat membimbing siswa mengarahkan kegiatannya mencapai kompetensi yang telah dirumuskan.
b.      Fungsi Evaluasi
          i.          Fungsi selektif
Kegiatan evaluasi merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengadakan seleksi yang bertujuan untuk:
a.         Memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
b.         Memilih siswa yang dapat menerima beasiswa
c.         Memilih siswa yang dapat naik ke kelas berikutnya
        ii.          Fungsi diagnostik
Kegiatan evaluasi merupakan cara yang dilakukan untuk mendiagnosa siswa tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan dasar tersebut guru akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.
      iii.          Fungsi penempatan
Penempatan siswa dalam kelompok sesuai bakat dan kemampuannya harus didasarkan atas hasil evaluasi. Dengan alat dan tenik evaluasi yang tepat maka dapat penempatan siswa juga tepat.
      iv.          Fungsi pengukur keberhasilan.
Keberhasilan suatu program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu guru, kurikulum, sarana prasarana, pendekatan/ metode pembelajaran, dll. Untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan harus dilakukan evaluasi.
D.  MAKNA EVALUASI
a.  Bagi siswa
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa selama proses pembelajaran. Setelah dilakukan evaluasi bagi siswa dapat memperoleh kesan memuaskan atau tidak memuaskan. Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, maka siswa akan mempunyai motivasi untuk belajar lebih baik agar dapat mempertahankan prestasinya. Namun dapat juga terjadi sebaliknya, karena siswa sudah merasa berhasil maka menjadi kurang bersemangat untuk berusaha. Jika  hasil yang diperoleh tidak memuaskan, maka dapat menjadi pemicu semangat untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Namun demikian bisa juga terjadi sebaliknya, siswa menjadi putus asa karena hasil yang tidak memuaskan.
b. Bagi guru
Dalam proses pembelajaran kegiatan evaluasi dilakukan juga bermakna bagi guru dalam rangka memahami siswa untuk mengetahui tentang keberhasilan siswa, ketepatan materi serta ketepatan pendekatan/ metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
c.  Bagi sekolah
Sekolah sebagai lembaga penyelenggara kegitan proses pembelajaran juga perlu mengetahui tentang ketepatan kondisi pembelajaran maupun ketepatan kurikulum yang digunakan. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Hasil kegiatan evaluasi dari tahun ke tahun bagi sekolah juga dapat menjadi pedoman untuk pemenuhan standar agar proses penyelenggaran pembelajaran di sekolah dapat memenuhi prasyarat yang mendukung tercapainya kompetensi yang telah ditetapkan.
E.  KOMPONEN YANG PERLU DIEVALUASI
a.         Input (siswa)
Siswa adalah subjek yang mengikuti proses pembelajaran. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, sosial yang berbeda. Ketercapaian hasil proses pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik dan kemampuan dari masing-masing siswa secara individu.
b.        Guru
Guru merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Terciptanya suasana kelas yang kondusif dalam proses  pembelajaran ditentukan oleh guru. Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan oleh guru. Kemampuan guru dalam hal penguasaan materi maupun pengembangan model pembelajaran ikut berperan pada tercapainya tujuan pembelajaran.
c.         Materi & kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pendukung proses pembelajaran ke arah tercapainya tujuan pembelajaran. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun demikian  di lapangan masih dijumpai kelemahan dan hambatan. Guru perlu dibekali kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum adalah kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang tercantum dalam silabus, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya.
d.        Sarana
Sarana pembelajaran dapat meliputi alat dan media pembelajaran. Sebelum guru memulai proses pembelajaran, bahkan pada waktu menyusun rencana pembelajaran, guru telah mengidentifikasi alat dan media pembelajaran yang  dapat mendukung terselenggaranya proses pembelajaran secara optimal. Ketidak tepatan pemilihan alat dan media pembelajaran dapat menyebabkan kurang berhasilnya tujuan pembelajaran. Secara bertahap selama berlangsungnya proses pembelajaran guru harus melakukan evaluasi tentang ketepatan pemilihan alat dan media pembelajaran.
Selain guru, siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran sudah tepat atau belum. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat, tetapi ternyata dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat.
e.         Lingkungan
Lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi lingkungan phisik dan lingkungan non phisik. Lingkungan phisik dapat berupa manusia, media pembelajaran maupun sarana prasarana lain yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sedangkan lingkungan non phisik dapat berupa kondisi atau suasana yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas, yang ikut berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Ketepatan lingkungan yang tercipta dalam proses pembelajaran ikut menentukan keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran.
F.  PRINSIP-PRINSIP EVALUASI
Dalam melakukan evaluasi sebaiknya mempertimbangkan beberapa prinsip berikut:
  1. Prinsip integralitas.
Prinsip ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang terintegrasi. Melalui proses tersebut diharapkan sejumlah kemampuan akan tertanam di dalam pribadi siswa. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud meliputi penanaman konsep-konsep intelektual, pembentukan keterampilan, penanaman sikap dan nilai, pengembangan proses berpikir kritis, dan penyesuaian fisik, emosional dan sosial.
  1. Prinsip kontinuitas.
Proses pembelajaran merupakan proses yang kontinyu, yaitu berlangsung terus menerus hingga pada akhirnya akan mencapai kompetensi yang diharapkan. Setiap tahapan proses bukan merupakan proses yang berdiri sendiri, namun saling ada keterkaitan antara satu tahapan proses dengan tahapan proses yang lain. Melalui kegiatan evaluasi secara bertahap diharapkan akan dapat diketahui tahapan ketercapaian setiap kompetensi. Dengan demikian evaluasi dilakukan sebagai sarana untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan pengalaman belajar.
  1. Prinsip objektivitas
Hasil evaluasi yang terkumpul harus dapat ditafsirkan secara jelas dan tegas. Perkembangan kompentensi sebagai hasil belajar seseorang dapat diketahui dengan cara membandingkan dengan kompetensi sebelumnya. Dengan demikian perkembangan kompetensi siswa secara nyata dapat diketahui. Untuk mengintepretasi hasil akhir  dapat diteliti hubungan antara rentetan skor yang diperoleh selama berlangsungnya proses evaluasi serta mmberikan makna dari setiap skor yang diperoleh. Rentetan skor yang diperoleh siswa dalam kegiatan evaluasi tidak dapat begitu saja dirata-rata.
G. Tujuan Evaluasi Pembelajaran.
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, evaluasi pembelajaran dapat berupa:
a.         Evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dapat dilakukan pada setiap tahapan program pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat dilakukan pada setiap akhir  kompetensi dasar.  Tujuan evaluasi formatif bisa diarahkan untuk siswa dan guru.
Bagi siswa:
1.         Merencanakan dan menetapkan langkah-langkah urutan belajar
2.         Pendalaman dan pemantapan penguasaan materi
3.         Mendiagnosis kesulitan belajar
4.         Sebagai sarana usaha remidi
Bagi guru:
1.         Sarana umpan balik keberhasilan mengelola kegiatan mengajar.
2.         Meramalkan sejauh mana evaluasi sumatif dapat diraih siswa.
3.         Apakah siswa telah memiliki pengetahuan, keterampilan dan kecakapan yang diperlukan untuk mengikuti program belajar selanjutnya
4.         Seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa sesuai tujuan yang ditetapkan.
b.         Evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif dilakukan setelah berakhirnya serangkaian program pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran yang  bertujuan untuk:
1.         Menentukan nilai setiap siswa
2.         Meramalkan kecakapan siswa untuk menyelesaikan suatu program
3.         Sarana umpan balik bagi siswa
4.         Sarana untuk menilai metode, materi dan kondisi siswa yang berbeda-beda.
c.    Evaluasi diagnostik.
Untuk mengetahui status kecakapan siswa dalam proses pembelajaran, evaluasi diagnostik perlu dilakukan. Dengan kegiatan evaluasi diagnostik diharapkan akan tercapai tujuan:
1.         Menilai seberapa besar seorang siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
2.         Mengelompokkan siswa pada aspek-aspek tertentu.
3.         Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa.
Dalam penyelenggaraan proses pembelajaran evaluasi formatif dan sumatif memiliki hubungan yang erat
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung : P.T Remaja Rosdakarya, 1990), pp.8-9
Norman E. Gronlund, Measurement and Evaluation in Teaching, Fifth Edition (New York : McMillan Publising, 1985), p.5.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharsimi Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rabu, 07 Januari 2015

pengertian media pembelajaran dan jenis-jenis media pembelajaran



MEDIA

A.     PENGERTIAN MEDIA

·       Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerimapesan (Azhar Arsyad, 2011:3).
·       Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap.
·       Menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
·         Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.

Dari beberapa pengertian tersebut maka pengertian media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima.

Pengertian media pembelajaran

Terkait dengan pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan. Heinich, Molenda, dan Russell (1993) mendefinisikan media sebagai alat saluran komunikasi. Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat proses belajar mengajar yang pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan  pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak. Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak, maka dalam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut media pendidikan/pembelajaran. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
Pendapat para pakar tentang media pembelajaran :
·         Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
·         Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
·         Gerlac & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau konsep.
·         Hamidjojo (1993) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat, sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu dapat diterima oleh penerima yang dituju.
·         Dalam dunia pendidikan Arief S. Sadiman menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
·         Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda yakni, media adalah bentuk-bentuk media komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
·         Umar Hamalik, pakar pendidikan Indonesia menyatakan media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interest antara guru dan  anak didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran disekolah
·         E. De Corte dalam WS.Winkel menyatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu sarana non personal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan penting dalam proses belajar  mengajar, untuk mencapai tujuan intruksional.

Dari berbagai pendapat tersebut, bisa kita simpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan informasi dari pengirim pesan (guru) ke penerima pesan (siswa), sehingga merangsang siswa untuk berfikir dan memperhatikan proses pembelajaran agar proses belajar dapat terjadi.





B.   LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Telah dikaji pada bagian sebelumnya bahwa agar interaksi belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien perlu digunakan media yang tepat. Ketepatan yang dimaksud tergantung pada tujuan pembelajaran, pesan (isi) pembelajaran dan karakteristik siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pada bagian ini akan dikaji lebih dalam mengapa butir-butir ini yang dijadikan kriteria dalam menetapkan ketepatan penggunaan suatu media pembelajaran.
Dalam konteks ini, kita akan menggunakan 4 Landasan, yaitu: landasan psikologis, teknologis, empirik, dan filosofis.
a.    Landasan Psikologis.
Belajar adalah proses yang kompleks dan unik; artinya, sesorang yang belajar melibatkan segala aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental. Keterlibatan dari semua aspek kepribadian ini akan nampak dari perilaku belajar orang itu. Perilaku belajar yang nampak adalah unik; artinya perilaku itu hanya terjadi pada orang itu dan tidak pada orang lain. Setiap orang memunculkan perilaku belajar yang berbeda.
Keunikan perilaku belajar ini disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik yang menentukan perilaku belajar, seperti: gaya belajar (visual vs auditif), gaya kognitif (field independent vs field dependent), bakat, minat, tingkat kecerdasan, kematangan intelektual, dan lainnya yang bisa diacukan pada karakteristik individual siswa.
Perilaku belajar siswa yang kompleks dan unik ini menuntut layanan dan perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula untuk setiap siswa. Komponen pembelajaran yang bertanggungjawab untuk menangani masalah ini adalah strategi penyampaian pembelajaran, lebih khusus lagi media pembelajaran. Strategi (media) pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan karakteristik individual siswa. Ia sedapat mungkin harus memberikan layanan pada setiap siswa sesuai dengan karakteristik belajarnya. Umpamanya, siswa yang memiliki gaya belajar visual harus mendapatkan rangsangan belajar visual, seperti halnya siswa yang memiliki gaya auditif harus mendapatkan rangsangan belajar auditif.
Perubahan perilaku sebagai akibat dari belajar dapat dikelompokkan ke dalam 3 aspek, yaitu: kognitif, sikap, dan keterampilan. Setiap aspek menuntut penggunaan media pembelajaran yang berbeda. Artinya, belajar kognitif memerlukan media yang berbeda dibandingkan siswa yang belajar aspek lainnya. Atas dasar ini, diperlukan strategi penyampaian yang menggunakan multimedia untuk memenuhi tuntutan belajar aspek yang berbeda-beda.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.
b.      Landasan Teknologis.
          Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan belajar siswa. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam upaya itu, teknologi bekerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunannya dan akhirnya menggunakannya baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi). Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh siswa yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap siswa akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya.
Jadi, dalam kaitannya dengan teknologi, media pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen tersebut meliputi pesan, orang,bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
c.       Landasan Empirik.
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi anatara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, bahwa siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristiknya. Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih mendapatkan keuntungan dari menggunakan media visual, seperti film, video, gambar atau diagram. Sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar auditif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif, seperti rekaman suara , radio atau ceramah dari guru/ pengajar. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri. Atas dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual siswa menjadi semakin mantap. Pemilihan dan penggunaan media hendaknya jangan didasarkan pada kesukaan atau kesenanangan pengajar, tetapi dilandaskan pada kecocokan media itu dengan karakteristik siswa, disamping kriteria lain yang telah disebutkan sebelumnya.
d.      Landasan filosofis.
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbaga jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.

C.     PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran merujuk pada pertimbangan seorang guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1.      Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain.
2.      Media adalah bagian intregal dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja., tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi.
3.      Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.
4.      Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
5.      Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi.
6.      Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan siswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.
7.      Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya. Media yang kongkrit wujudnya, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media yaitu :
1)      Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.
2)      Pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan atau hiburan. pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa.
3)      Tidak ada satu pun media dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dipilih secara tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
4)      Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan metode mengajar dan materi pengajaran, mengingat media merupakan bagian yang integral dalam proses belajar mengajar.
5)      Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-masing media.
6)      Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran yaitu:
1.      Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar)
2.      Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap tiap media pembelajaran.
3.      Pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa.
4.      Pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar.

D.   MACAM-MACAM MEDIA PEMBELAJARAN

1.      Menurut Rudy Bretz
Bretz (1972) mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu unsur : suara, visual, dan gerak. Media visual dibedakan menjadi tiga, yaitu: gambar, garis, dan simbol, yang merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping ciri tersebut, Bretz (1972) juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam (recording), sehingga terdapat delapan klasifikasi media, yaitu:
(1) media audio visual gerak,
(2) media audio visual diam,
(3) media visual gerak,
(4) media visual diam,
(5) media semi gerak,
(6) media audio, dan
(7) media cetak.
Dilihat dari jenisnya,
a)      Media auditif
                         Media yang hanya mengadalkan suara saja seperti radio, kaset rekoorder, peringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang yang mempunyai kelainan pendengaran.
b)     Media visual
                         Media yang hanya mengandalkan indera pengelihatan media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slide, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Adapula yag menampilkan gambar atau symbol yang bergerak, dan film kartun. 
Media ini dibagi dalam:
a.      Audio visual murni yatu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti viseo kaset
b.      Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsure suaranya berasal dari tape recorder.

c)      Media audio visual
                         Media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.
Disamping itu para ahli media lainnnya juga membagi jenis-jenis media pengajaran itu kepada: 
1.    Media asli dan tiruan;
2.    Media bentuk papan;
3.    Media bagan dan grafis;
4.    Media proyeksi;
5.    Media dengar (audio);
6.    Media cetak atau pinted materials.

2.      Menurut Briggs
Briggs lebih mengarah kepada karakteristik siswa, tugas instruksional, bahan dan transmisinya. Briggs mengidentifikasikan tiga macam media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film rangkai, film gerak, televisi dan gambar.
3.      Menurut Gagne
Gagne membagi media menjadi tujuh macam pengelompokan media yang dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkan. Pengelompokan tersebut antara lain meliputi: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, filem bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu: pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasuk-alihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik.
4.      Menurut Edling
Menurut Edling media merupakan bagian dari unsur-unsur rangsangan belajar, yaitu dua unsur untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjek audio, dan kodifikasi objek visual, dua unsur pengalaman belajar tiga dimensi, meliputi: pengalaman langsung dengan orang, dan pengalaman langsung dengan benda-benda Dipandang dari banyaknya isyarat yang diperlukan, pengalaman subjektif, objektif.
5.      Menurut Heinich
Heinich (1996: 8) menjabarkan media pembelajaran dalam bukunya meliputi: nonprojected media, projected media, audiomedia, motionmedia, computer mediated instruction, computer based multimedia and hypermedia, media radio and television. Nonprojectedmedia berupa photographs, diagrams, displays, dan models.Projectedmedia terdiri dari slides, filmstrips, overhead transparencies,dan computer projection. Audiomedia berupa cassettes dan compact discs, sedangkan motionmedia berupa video dan film.

6.      Menurut Seels dan Glasgow
Seels & Glasgow (1990: 181-183) membagi media berdasarkan perkembangan terknologi, yaitu media dengan teknologi tradisional danmedia dengan teknologi mutakhir. Media dengan teknologi tradisional meliputi: (a) visual diam yang diproyeksikan berupa proyeksi opaque(tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips; (b) visual yang tidak diproyeksikan berupa gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info; (c) audio terdiri dari rekaman piringan dan pita kaset; (d) penyajian multimedia dibedakan menjadi slide plus suara dan multi image; (e) visual dinamis yang diproyeksikan berupa film, televisi, video; (f) media cetak seperti buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, dan hand out; (g) permainan diantaranya teka-teki, simulasi, permainan papan; (h) realita dapat berupa model, specimen (contoh), manipulatif (peta, miniatur, boneka).
7.      Menurut Schram
Schramm (1977: 21) membedakan media menurut jumlah audiens yang dilayaninya menjadi: massal, klasikal, dan individual. Yang termasuk media untuk massal antara lain televisi, radio, dan internet. Media untuk klasikal adalah OHP, papan tulis, slide, videotape, poster, foto, dan lain-lain. Sedangkan media yang bersifat individual dapat berupa hand out, telepon, dan Computer Assisted Instruction (CAI).
8.      Menurut Kemp dan Dayton
Kemp & Dayton (1985) mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu
(1) media cetakan,
(2) media pajang,
(3) overhead transparacies,
(4) rekaman audiotape,
(5) seri slide dan filmstrips,
(6) penyajian multi-image,
(7) rekaman video dan film hidup, dan
(8) computer.
Berdasarkan macam-macam media di atas, menunjukkan bahwa media pembelajaran senantiasa mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan media pembelajaran juga mengikuti tuntutan dan kebutuhan pembelajaran, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Sesuai dengan klasifikasinya, maka setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat dilihat menurut kemampuan media pembelajaran untuk membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun pembauan/penciuman. Media pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas, berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai dapat dibedakan menjadi tiga kelompok.

1)      Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal. Simbol-simbol tersebut artinya perlu difahami dengan benar, agar proses penyampaian pesannya dapat berhasil dengan balk dan efisien. Selain fungsi tersebut secara khusus, grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat terlupakan bila tidak digrafiskan (divisualkan). Bentuk-bentuk media grafis antara lain adalah: (1) gambar foto, (2) sketsa, (3) diagram, (4) bagan/chart, (5) grafik, (6) kartun, (7) poster, (8) peta, (10) papan flannel, dan (11) papan buletin.
2)      Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, balk verbal maupun non-verbal. Bebarapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok media audio antara lain: (1) radio, dan (2) alat perekam pita magnetik, alat perekam pita kaset.
3)      Media Projeksi

Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis, dalam art dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Bahan-bahan grafis banyak digunakan juga dalam media projeksi diam. Media projeksi gerak, pembuatannya juga memerlukan bahan-bahan grafis, misalnya untuk lembar peraga (captions). Dengan menggunakan perangkat komputer (multi media), rekayasa projeksi gerak lebih dapat bervariasi, dan dapat dikerjakan hampir keseluruhannya menggunakan perangkat komputer. Untuk mengajarkan skill (keterampilan motorik) projeksi gerak mempunyai banyak kelebihan di bandingkan dengan projeksi diam. Beberap media projeksi antara lain adalah: (1) Film Bingkai, (2) Film rangkai, (3) Film gelang (loop), (4) Film transparansi, (5) Film gerak 8 mm, 16 mm, 32 mm, dan (6) Televisi dan Video.

E.   PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sudjana dkk.(1989) memandang peran media sangat penting dalam proses pembelajaran. Media berperan sebagai alat dan sumber belajar bagi siwa. Sebagai alat, media berperan sebagai alat untuk memperjelas bahan pengajaran, jadi media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai materi pembelajaran; sedang sebagai sumber belajar bagi siswa, media berisi bahan-bahan yang harus dipelajari siswa baik secara individu maupun sebagai kelompok. Namun hendaknya dicatat bahwa sebagai alat dan sumber belajar, media tidak bisa menggantikan keberadaan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru tidak dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, Karena media bukan tujuan pembelajaranDapat disimpulkan bahwa media memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai dalam pembelajaran .            Dalam pendidikan media difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena informasi yang terdapat dalam media harus dapat melibatkan siswa, baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis, serta ditinjau dari segi prinsip – prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi belajar yang efektif.
            Kemp dan Dayton(1985 : 3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas, atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, sebagai berikut :
Penyampaian pelajaran tidak kaku. Pembelajaran lebih menarik dan pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip – prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan–pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan memungkinkan dapat diserap oleh siswa lebih besar.
Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila integrasi kata dan gambar sebagai media  pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen – elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
           
Adapun peran guru dan siswa dalam peran media pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Memperjelas penyajian materi agar tidak hanya bersifat verbal (dalam bentuk kata-kata tertulis atau tulisan)
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, karena menurut para ahli kemampuan daya serap manusia dalam memahami masalah dengan panca indera yaitu:
a)      Telinga (pendengaran) 13%
b)      Mata (penglihatan) 75%
c)      Hidung (penciuman) 3%
d)     Kulit 6%
e)      Lidah (rasa) 3%
3.      Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat  mengatasi sifat pasif  anak didik
4.      Menghindari kesalahpahaman terhadap suatu objek dan konsep
5.      Menghubungkan yang nyata dengan yang tidak nyata.

Kelemahan-kelemahan yang ditemukan antara lain : tayangan terlalu cepat, mata cepat lelah, gambar kurang tajam, waktu yang sedikit. Kelemahan ini diperbaiki dengan pengaturan waktu penanyangan dan pengggunaan penampilan gambar yang lebih baik.
Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran seperti di bawah ini :
1.      Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas
2.      Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa
3.      Menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa
4.      Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa
5.      Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa
6.      Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatkan hasil belajar
7.      Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari
8.      Melengkapi pengalaman, dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan
9.      Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat
10.  Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana & Rivai (1992:2) mengemukakan peranan media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
1.      Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
2.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
3.      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran
4.      Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1.      Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2.      Memperbesar perhatian siswa.
3.      Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
4.      Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
5.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
6.      Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7.      Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

            Peran media dalam pembelajaran sangat signifikan, karena media pembelajaran merupakan suatu bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan dalam semua program dan jenjang. Kualitas outpot dari sebuah sekolah termasuk media sebai salah satu unsur yang menentukan, Karenanya seorang guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu memanfaatkan mengembangkan media pembelajaran, agar pencapaian prestasi belajar akan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai.

F.    MANFAAT MEDIA
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena, dengan adanya media tersebut maka guru dapat mengerjakan dengan mudah tugasnya dalam menyampaikan materi kepada siswa. Tanpa bantuan media, maka materi akan sukar dipahami oleh siswa.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran.
Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2011) bahwa banyak manfaat penggunaan media pembelajaran yakni,
a.      Penyampaian pesan menjadi lebih baku karena setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
b.     Pembelajaran bisa lebih menarik karena dapat membuat siswa terjaga dan memperhatikan.
c.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d.     Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan/ isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak.
e.      Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan apabila media pembelajaran dapat mengkomunikasikan pengetahuan dengan cara yang baik, spesifik, dan jelas.
f.      Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diperlukan.
g.     Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dapat ditingkatkan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
1)    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu maksudnya)
2)     Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3)    Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.
4)    Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Sujana dan Rivai (1990) memberikan alasan mengenai kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar:
a.    Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
b.    Bahan pengajaran akan lebih jelas maksudnya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa;
c.    Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga;
d.     Siswa lebih banyak melakukan kegiatan, karena tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga mengamati, melaksanakan, mendemonstrasikan, dan lain- lain.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a.      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b.     Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar pebelajar.
c.      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
1)   Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, film, dan lain- lain, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung efektif.  
2)   Objek atau benda yang terlalu kecil yyang tidak tampak oleh indera penglihatan dapat disajikan dengan bantuan mikrosskop, film, slide, atau gambar.
3)   Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam kurun waktu tertentu dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, atau slide.
4)   Objek atau proses yang sangat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau komputer.
5)   Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media komputer, film, atau video.
d.   Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa- peristiwa di lingkungan mereka.       
Adapun juga kegunaan media dalam pembelajaran matematika yaitu antara lain:
a.    Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih jelas dipahami siswa sehingga memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
b.    Metode mengajar akan lebih bervariasi
c.     Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar
d.   Motivasi belajar dari para siswa dapat ditumbuhkan / dinaikkan
e.    Dapat mengatasi sifat pasif dari para siswa

G.    FUNGSI MEDIA
Menurut Kemp & Dayton (1985), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media tersebut digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu memotivasi minat, menyajikan informasi, dan memberi instruksi. Sadiman (1986), mengemukakan fungsi media instruksional, meliputi: memberi rangsangan siswa dalam belajar, mengarahkan perhatian atau kegiatan belajar, menyajikan contoh- contoh secara nyata, menyajikan syarat eksternal, dan menimbulkan umpan balik siswa.
Secara umum dalam media instruksional, media mempunyai fungsi:
1)    Fungsi pendidikan; yaitu media memberikan nilai edukatif, baik dalam nuansa berfikir, merangsang motivasi, memberikan rangsangan berfikir logis, sistematis, dan realistis.
2)    Fungsi sosial; media memungkinkan terjadinya sosialisasi dalam pendidikan, pengembangan sifat sosial, sikap mau bekerja sama dan saling membantu.
3)    Fungsi budaya; media dapat mengembangkan kreativitas berkarya/ berbudaya individu.
4)    Fungsi efisiensi; media memungkinkan dilakukannya efisiensi, baik waktu, tenaga, dan biaya karena tidak semua materi pelajaran dapat dipelajari melalui benda langsung, tetapi perlu alat pengganti dan penyederhanaan.
5)    Fungsi politis; pemanfaatan media secara tepat dapat mengubah suatu kebijakan dalam pendidikan sehingga dapat menghemat tenaga guru, keseragaman konsep keteraturan kegiatan dan konsistensi materi pelajaran. (Padmono, 2011).
Adapun fungsi media pembelajaran dalam pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut:
1.    Fungsi edukatif, memberikan pengaruh yang bernilai pendidikan, mendidik siswa dan masyarakat untuk berpikir kritis, memberi pengalaman yang bermakna, serta mengembangkan dan memperluas cakrawala berpikir siswa.
2.     Fungsi sosial, memberikan informasi autentik dalam berbagai bidang kehidupan dan konsep yang sama pada setiap orang sehingga dapat mempeluas pergaulan,pengenalan,pemahaman tentang orang,adat istiadat dan cara bergaul.
3.    Fungsi ekonomis, dengan menggunakan media pendidikan pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan efesien, penyampaian materi dapat menekan sedikit mungkin penggunaan biaya,tenaga, serta waktu tanpa mengurangi efektivitas dalam pencapaian tujuan.
4.    Fungsi budaya, memberikan perubahan-perubahan dalam segi kehidupan manusia, dapat mewariskan dan meneruskan unsur-unsur budaya dan seni yang ada di masyarakat.

H.  KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN

Untuk keperluan pengklasifikasian media itu, pertama-tama harus diketahui “Sifat umum apa yang dimiliki oleh berbagai media seperti buku, slide, rekaman audio, yang orang mengenali benda-bendatersebut sebagai bentuk media?” jawabannya terletak pada fungsinya, yaitu apa yang dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Semuanya menyampaikan pesan yang disusun ke dalam bentuk informasi audio visual yang dasar ataupun lebih. Menurut Rudy Brezt ada lima bentuk dasar informasi, yaitu gambar, cetakan, grafik garis, suara, dan gerakan.

Karena msing-masing mewakili bentuk penyampaian informasi yang berbeda-beda, kita akan menyebutnya sebagai bentuk penyajian. Istilah ini diberikan oleh Donald T. Tosti dan John R. Ball. Karena itu semua media yang menyampaikan pesan melalui bentuk-bentuk ini akan disebut media penyaji. Media penyaji meliputi sebagian besar media yang populer, dan merupakan salah satu dari kategori pokok media yang sedang kita bahas. Di samping itu masih ada dua kategori pokok lain untuk menjaring semua sarana yang bermanfaat bagi seorang instruktur, yang akan dijelaskan kemudian. Menurut bentuk informasi yang digunakan, kita dapat memisahkan dan mengklasifikasi media penyaji dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak. Kemudian dapat kita teliti media ini untuk membedakan proses yang dipakai untuk menyajikan pesan, bagaimana suara dan atau gambar itu kta terima, apakah melalui penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi. Kita akan keempat cara ini sebagai cara penyajian dari sebuah media. Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajiannya, kita mendapatkan suatu format klasifikasi yang meliputi tujuh kelompok media penyaji, yaitu (a) kelompok kesatu; grafis, bahan cetak, dan gambar diam, (b) kelompok kedua; media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga; media audio, (d) kelompok keempat; media audio, (e) kelompok kelima; media gambar hidup/film, (f) kelompok keenam; media televisi, dan (g) kelompok ketujuh; multi media. Perlu kita ingat bahwa masih ada media lain yang tidak termasuk media penyaji, yaitu media objek dan media interaktif. Kedua media ini akan dibicarakan secara khusus setelah selesai membahas masing-masing ketujuh kelompok media penyaji.

1)      Media Grafis
Yang termasuk media grafis antara lain :
·         Grafik, yaitu penyajian data berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol.
·         Diagram, yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol.
·         .Bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting.
·         Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar.
·         Poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat.
·         Papan Flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas.
·         Bulletin Board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat penempel lainnya.
2)      Media Bahan Cetak
      Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikannya pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.
      Jenis media bahan cetak ini diantaranya adalah :
a.       Buku Teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan dengan urutan (sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu.
b.      Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes.
c.       Bahan Pengajaran Terprogram, yaitu paket program pengajaran individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/respons dari pertanyaan bingkai lain.
3)      Media Gambar Diam
      Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Jenis media gambar ini adalah foto.
4)      Media OHP dan OHT
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci.
a.       Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu : Write on film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau digambari secara langsung dengan menggunakan spidol.
b.      PPC transparency film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin photocopy.
c.       Infrared transparency film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax.
     OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
            Ada dua jenis model OHP, yaitu :
a.       OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP jenis portable.
b.      OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa kemana-mana, sehingga ukuran dan bobot beratnya lebih ringkas.
5)      Media Opaque Projektor
      Opaque Projector atau proyektor tak tembus pandang adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan bahan dan benda-benda yang tidak tembus pandang, seperti buku, foto, dan model-model baik yang dua dimensi maupun yang tiga dimensi. Berbeda dengan OHP, opaque projector ini tak memerlukan transparansi, tapi memerlukan penggelapan ruangan. Opaque projector biasanya dapat pula digunakan untuk memproyeksikan film bingkai/slide akan tetapi tidak dilengkapi dengan tape recorder.
6)      Media Slide
      Media slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide atau film bingkai terbuat dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik. Film positif yang biasa digunakan untuk film slide adalah film positif yang ukurannya 35 mm dengan ukuran bingkai 2 x 2 inchi. Sebuah program slide biasanya terdiri atas beberapa bingkai yang banyaknya tergantung pada bahan materi yang akan disampaikan.
7)      Media Filmstrip
      Filmstrip atau film rangkai atau film gelang adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide. Hanya filmstrip ini terdiri atas beberapa film yang merupakan satu kesatuan (merupakan gelang, dimana antara ujung yang satu dengan ujung yang lainnya bersatu). Jumlah frame atau gambar dari suatu filmstrip ada yang berjumlah 50 buah dan ada pula yang berjumlah 75 buah dengan panjang 100 sampai dengan 130 cm.
8)      Media Radio
      Radio adalah media audio uang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di kelas-kelas.
9)      Media Alat Perekam Pita Magnetik
      Alat perekam pita magnetik atau kaset tape recorder adalah media yang menyajikan pesannya melalui proses perekaman kaset audio. Tidak seperti radio yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai alat pemancarannya
10)  Media Audio Visual Diam
      Media audiovisual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera pengelihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak.
      Jenis media ini antara lain media sound slide (slide suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara.
11)  Media Film
      Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya.
      Ada beberapa jenis film, diantaranya film bisu, film bersuara, dan film gelang yang ujungnya saling bersambungan dan proyeksinya tak memerlukan penggelapan ruangan.
12)  Media Televisi Terbuka
      Media televisi terbuka adalah media audio-visual gerak yang penyampaian pesannya melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari satu stasiun, kemudian pesan tadi diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi.
13)  Media Televisi Siaran Terbatas
      TVST atau CCTV adalah media audiovisual gerak yang penyampaian pesannya didistribusikan melalui kabel (bukan TV kabel). Dengan perkataan lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru yang sedang mengajar, kemudian hasil pengambilan tadi didistribusikan melalui kabel-kabel ke pesawat televisi yang ada di ruangan-ruangan kelas.
14)  Media Video Cassette Recorder
      Berbeda dengan media film, media VCR perekamannya dilakukan dengan menggunakan kaset video, dan penayangannya melalui pesawat televisi; sedangkan media film, perekaman gambarnya menggunakan film selluloid yang positif dan gambarnya diproyeksikan melalui proyeksi ke layar.
15)  Media Objek
Media objek merupakan media tig dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya. Media objek ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu media objek sebenarnya dan media objek pengganti. Media objek sebenarnya dibagi dua jenis, yaitu media objek alami dan media objek buatan. Media objek alami dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu oblek alami yang hidup dan objek alami yang tidak hidup. Sebagai contoh objek alami yang hidup adalah ikan, burung elang, singa, dan sebagainya. Sedangkan objek alami yang tidak hidup adalah batu-batuan, kayu, air, dan sebagainya. Objek buatan, yaitu buatan manusia, contohnya gedung, mainan, jaringan transportasi dan sebagainya. Media cetak kelompok ke dua terdiri atas benda-benda tiruan yang dibuat untuk mengganti benda-benda yang sebenarnya. Objek-objek pengganti dikenal dengan sebutan replika, model, dan benda tiruan. Replika dapat didefinisikan sebagai reproduksi statis dari suatu objek dengan ukuran yang sama dengan benda yang sebenarnya. Model merupakan sebuah reproduksi yang kelihatannya sama, tapi biasanya diperkecil atau diperbesar dalam skala tertentu. Benda tiruan ada dua macam, yaitu pertama merupakan bangunan yang dibuat kurang lebih menyerupai suatu benda yang besar, misalnya bagian dari sebuah kapal terbang (sayap). Bentuk benda tiruan yang kedua ialah bentuk yang menggambarkan mekanisasi kerja suatu benda, misalnya sistem pembakaran automobile
16)  Media Interaktif

I.      KELEMAHAN DAN KELEBIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

1)      Media Grafis
Ø  Kelebihan Media Grafis
·         Dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan.
·         Dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa.
·         Pembuatannya mudah dan harganya murah.
Ø  Kelemahan Media Grafis
·         Membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks.
·         Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.
2)      Media Bahan Cetak
Ø  Kelebihan media bahan cetak
·         Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak.
·         Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan masing-masing.
·         Dapat dipelajari kapan dan dimana saja karena mudah dibawa.
·         Akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna.
·         Perbaikan/revisi mudah dilakukan.
Ø  Kelemahan media bahan cetak
·         Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
·         Bahan cetak yang tebal mungkin dapat membosankan dan mematikan minat siswa untuk membacanya.
·         Apabila jilid dan kertasnya jelek, bahan cetak akan mudah rusak dan sobek.

3)      Media Gambar Diam
Ø  Kelebihan media gambar diam
·         Dibandingkan dengan grafis, media foto ini lebih konkret.
·         Dapat menunjukkan perbandingan yang tepat dari objek  yang sebenarnya.
·         Pembuatannya mudah dan harganya murah.
Ø  Kelemahan media gambar diam
·         Biasanya ukurannya terbatas sehingga kurang efektif untuk  pembelajaran kelompok besar.
·         Perbandingan yang kurang tepat dari suatu objek akan menimbulkan kesalahan persepsi.

4)      Media OHP dan OHT
Ø  Kelebihan OHP dan OHT
·         Dapat digunakan untuk menyajikan pesan di semua ukuran ruangan kelas.
·         Menarik, karena memungkinkan penyajian yang variatif dan disertai dengan warna-warna yang menarik.
·         Tatap muka dengan siswa selalu terjaga dan memungkinkan siswa untuk mencatat hal-hal yang penting.
·         Tidak memerlukan operator secara khusus dan tidak pula memerlukan penggelapan ruangan.
·         Dapat menyajikan pesan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
·         Program OHT dapat digunakan berulang-ulang.
Ø  Kelemahan OHP dan OHT
·         Memerlukan perencanaan yang matang dalam pembuatan dan penyajiannya.
·         OHT dan OHP merupakan hal yang tak dapat dipisahkan, karena sebuah gambar dalam kertas biasa tidak bisa diproyeksikan melalui OHP.
·         Urutan OHT mudah kacau karena merupakan urutan yang lepas.
5)      Media Opaque Projektor
Ø  Kelebihan dan kelemahan media opaque projector ini hampir mirip dengan kelemahan dan kelebihan media OHP dan media Slide. Oleh karena opaque projector dengan segala karakteristiknya dapat berfungsi sebagai OHP dan Slide Projector.

6)      Media Slide
Ø  Kelebihan media slide
·         Membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan yang disampaikan dan dapat dipadukan dengan unsur suara.
·         Merangsang minat dan perhatian siswa dengan warna dan gambar yang kongkrit.
·         Program slide mudah direvisi sesuai dengan kebutuhan, karena filmnya terpisah-pisah.
·         Penyimpanannya mudah karena ukurannya kecil.
Ø  Kelemahan media slide
·         Memerlukan penggelapan ruangan untuk memproyeksikannya.
·         Pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, jika program yang dibuatnya cukup panjang.
·         Memerlukan biaya yang boleh dikatakan besar.
·         Hanya dapat menyajikan gambar yang diam (geraknya terbatas walaupun dengan menggunakan lebih dari sebuah proyektor.

7)      Media Filmstrip
Ø  Kelebihan filmstrip dibanding film slide adalah media filmstrip mudah penggandaannya karena tidak memerlukan bingkai, juga frame-frame filmstrip tidak akan tertukar karena merupakan satu kesatuan. Akan tetapi pengeditan dan perbaikan/ revisi filmstrip relatif agak sukar, karena harus dilakukan di laboratorium khusus.

8)      Media Radio
Ø  Kelebihan media radio
·         Memiliki variasi program yang cukup banyak.
·         Sifatnya mobile, karena mudah dipindah-pindah tempat dan gelombangnya.
·         Baik untuk mengembangkan imajinasi siswa.
·         Dapat lebih memusatkan perhatian siswa terhadap kata, kalimat atau musik, sehingga sangat cocok digunakan untuk pengajaran bahasa.
·         Jangkauannya sangat luas, sehingga dapat didengar oleh massa yang banyak.
·         Harganya relatif murah
Ø  Kelemahan media radio
·         Sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication).
·         Jika siarannya monoton akan lebih cepat membosankan siswa untuk mendengarkannya.
·         Program siarannya selintas, sehingga tidak bisa diulang-ulang dan disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa secara individual.

9)      Media Alat Perekam Pita Magnetik
Ø  Kelebihan media alat perekam pita magnetik
·         Pita rekaman dapat diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan siswa.
·         Rekaman dapat dihapus dan digunakan kembali.
·         Mengembangkan daya imajinasi siswa.
·         Sangat efektif untuk pembelajaran bahasa.
·         Penggandaan programnya sangat mudah.
Ø  Kelemahan media alat perekam pita magnetik
·         Daya jangkauannya terbatas
·         Alat penggandaanya jauh lebih mahal daripada radio

10)  Media Audio Visual Diam
Ø  Kelebihan dan kelemahan media ini tidak jauh berbeda dengan media proyeksi diam. Perbedaannya adalah adanya aspek suara pada media audiovisual diam.

11)  Media Film
Ø  Kelebihan media film
·         Memberikan pesan yang dapat diteima secara lebih merata oleh siswa.
·         Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
·         Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
·         Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan.
·         Memebrikan kesan yang mendalam, yang dapat  mempengaruhi sikap siswa.
Ø  Kelemahan media film
·         Harga produksinya cukup mahal.
·         Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga.
·         Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya.
·         Memerlukan penggelapan ruangan.
12)  Media Televisi Terbuka
Ø  Kelebihan media televisi terbuka
·         Informasi/pesan yang disajikannya lebih aktual.
·         Jangkauan penyebarannya sangat luas.
·         Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.
·         Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
·         Mengatasi keterbatasan ruangdn waktu.
·         Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.
Ø  Kelemahan media televisi terbuka
·         Programnya tidak dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan.
·         Sifat komunikasinya hanya satu arah.
·         Gambarnya relatif kecil.
·         Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan atau gangguan magnetik.

13)  Media Televisi Siaran Terbatas
Ø  Kelebihan televisi siaran terbatas ini dibandingkan dengan televisi terbuka diantaranya adalah komunikasi dapat dilakukan secara dua arah (hubungan antara studio dan kelas dilakukan melalui intercom), kebutuhan siswa dapat lebih diperhatikan dan terkontrol. Sedangkan kelemahannya adalah jangkauannya relatif terbatas.

14)  Media Video Cassette Recorder
Ø  Kelebihan media video cassette recorder sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi terbuka. Selain itu, media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu programnya dapat diulang-ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah
Ø  jangkauannya  terbatas.